Aku Dan Kamu Kala Itu
Di sebuah kota kecil yang jauh dari hiruk pikuk metropolitan, ada sebuah sekolah menengah yang menjadi saksi bisu banyak kenangan. Di sekolah itulah, aku dan kamu pertama kali bertemu. Kala itu, aku adalah siswa baru yang masih canggung beradaptasi dengan lingkungan baru, sementara kamu adalah sosok yang sudah dikenal banyak orang karena keramahanmu.
Hari pertama di sekolah baru selalu menegangkan. Aku duduk di bangku paling belakang, mencoba menghindari tatapan mata teman-teman sekelas. Ketika bel berbunyi tanda istirahat, aku berencana duduk sendiri di pojok kantin. Tapi rencana itu berubah ketika kamu datang dan dengan senyum hangat mengajakku duduk bersama teman-temanmu.
"Kamu baru, kan? Aku Mira," katamu sambil mengulurkan tangan.
"Aku Dito," jawabku sambil tersenyum canggung.
Sejak saat itu, kita sering menghabiskan waktu bersama. Kamu memperkenalkanku pada banyak hal—mulai dari tempat-tempat favorit di kota kecil itu, hingga hobi-hobi yang kamu sukai. Aku yang dulunya pendiam dan tertutup, perlahan mulai membuka diri dan merasa nyaman.
Musim demi musim berlalu. Kita selalu bersama, baik di saat senang maupun susah. Ketika ujian datang, kita belajar bersama di perpustakaan sampai larut malam. Ketika salah satu dari kita mengalami kesulitan, yang lain selalu ada untuk memberikan dukungan. Persahabatan kita semakin erat dan tak tergoyahkan.
Suatu hari, ketika senja mulai memerah di langit kota kecil itu, kita duduk di tepi danau sambil menikmati pemandangan. Kamu bercerita tentang impianmu untuk pergi ke kota besar dan mengejar karier sebagai desainer grafis. Aku mendukungmu sepenuh hati, meskipun dalam hati kecilku ada rasa takut kehilanganmu.
"Kamu pasti bisa, Mira. Aku yakin kamu akan sukses," kataku dengan tulus.
Dan akhirnya, hari itu pun tiba. Kamu diterima di universitas impianmu di kota besar. Aku bahagia sekaligus sedih. Hari perpisahan di stasiun kereta penuh dengan air mata dan pelukan. Kita berjanji untuk tetap berhubungan, meskipun jarak memisahkan.
Waktu berlalu, kita tetap berhubungan melalui pesan singkat dan panggilan video. Kamu sering bercerita tentang kehidupan barumu di kota besar, dan aku bercerita tentang perkembangan di kota kecil kita. Meski berjauhan, persahabatan kita tetap kuat.
Suatu hari, ketika aku sedang duduk di kafe tempat kita biasa nongkrong, ponselku berdering. Sebuah pesan masuk darimu: "Aku pulang minggu depan. Ada banyak cerita yang ingin kubagi."
Aku tersenyum. Meskipun banyak hal berubah, satu hal yang pasti—persahabatan kita akan selalu abadi, seperti kenangan indah kala itu.
Comments
Post a Comment