Ketua Geng Motor


 

Berita tentang diriku sebagai ketua geng motor yang kalem segera menyebar di sekolah. Awalnya, beberapa teman dekat yang tahu rahasiaku membicarakannya, tetapi dengan cepat berita itu menyebar ke seluruh sekolah. Aku menjadi pusat perhatian, dan ini membawa banyak perubahan dalam hidupku.

Setiap kali aku berjalan di lorong sekolah, banyak mata yang tertuju padaku. Beberapa siswa berbisik-bisik, sementara yang lain mendekati dengan rasa ingin tahu. Para cewek mulai menunjukkan ketertarikan yang lebih dari biasanya.

Suatu hari, saat aku sedang duduk di kantin bersama tujuh sahabatku yang juga anggota geng motor, suasana di kantin terasa berbeda. Aku bisa merasakan tatapan-tatapan penasaran dari para siswa. Salah satu sahabatku, Rian, yang dikenal dengan sifatnya yang humoris, tertawa kecil.

"Dito, kamu sudah menjadi selebriti di sekolah ini," katanya sambil menyenggol lenganku.

Aku hanya tersenyum tipis. "Ini semua terlalu berlebihan, Rian. Aku cuma ingin menjalani hidupku seperti biasa."

Syila, yang duduk di seberang meja, memperhatikan situasi ini dengan cermat. "Kamu harus terbiasa dengan ini, Dito. Tapi jangan biarkan semua perhatian ini mengganggu tujuan kita."

Aku mengangguk. "Benar. Kita harus tetap fokus pada misi geng motor kita."

Ketika kami sedang menikmati makan siang, sekelompok cewek mendekati meja kami. Salah satu dari mereka, Dina, yang dikenal sebagai siswi paling populer di sekolah, tersenyum lebar dan berbicara dengan nada manis.

"Hai, Dito. Boleh duduk di sini?" tanyanya sambil menatapku dengan mata berbinar.

Aku merasa sedikit canggung, tetapi aku mengangguk. "Tentu, Dina. Silakan duduk."

Dina dan teman-temannya duduk di sekitar meja kami, dan segera suasana menjadi lebih ramai. Mereka mulai mengajukan banyak pertanyaan tentang geng motor kami, kegiatan yang kami lakukan, dan bagaimana rasanya menjadi ketua.

"Jadi, apa yang kalian lakukan dalam geng motor kalian?" tanya salah satu teman Dina dengan rasa ingin tahu yang jelas.

Aku menjelaskan tentang kegiatan kami, seperti membantu anak-anak jalanan, mengadakan acara amal, dan berusaha menjadi teladan positif di lingkungan kami. Dina tampak sangat terkesan.

"Itu luar biasa, Dito. Aku tidak pernah berpikir bahwa geng motor bisa melakukan hal-hal baik seperti itu," katanya dengan kagum.

Aku tersenyum. "Kami berusaha melakukan yang terbaik untuk komunitas. Kami ingin mengubah pandangan negatif tentang geng motor."

Percakapan terus berlanjut, dan aku bisa melihat betapa terpesonanya para cewek oleh cerita-cerita kami. Namun, di balik semua perhatian ini, aku merasa ada sesuatu yang tidak nyaman. Aku tidak ingin dikenal hanya karena statusku sebagai ketua geng motor. Aku ingin dikenal sebagai diriku sendiri.

Setelah makan siang, aku dan sahabat-sahabatku kembali ke kelas. Syila mendekatiku dan berkata dengan lembut, "Dito, ingatlah untuk tetap rendah hati dan fokus pada tujuan kita. Jangan biarkan perhatian ini mengubah siapa kamu sebenarnya."

Aku mengangguk. "Terima kasih, Syila. Aku akan selalu ingat itu."

Namun, perhatian yang semakin besar ini membawa tantangan baru dalam hubungan kami. Mira yang semakin menjauh, Syila yang selalu ada di sisiku, dan popularitas baru ini menciptakan dinamika yang rumit. Aku tahu bahwa aku harus berhati-hati dalam menghadapi semua ini, agar tidak merusak hubungan berharga yang sudah aku bangun.

Hari-hari berlalu dengan cepat, dan aku berusaha menyeimbangkan semuanya. Dengan dukungan sahabat-sahabatku dan tekad yang kuat, aku berharap bisa menemukan jalan yang tepat untuk menjaga hubungan yang penting dan tetap menjalankan misi positif geng motor kami.

Comments

Popular Posts