Cerita Senja Di Sore Itu


 


Seminggu kemudian, hari yang aku tunggu-tunggu pun tiba. Aku berdiri di peron stasiun, mataku mencari sosok yang familiar di antara kerumunan penumpang yang baru tiba. Di kejauhan, aku melihat seseorang melambaikan tangan, dan aku tahu itu kamu—Mira.

Kamu berlari ke arahku dan kami berpelukan erat. "Aku rindu kamu, Dito!" serumu dengan suara penuh kebahagiaan.

"Aku juga, Mira," jawabku dengan senyum lebar. Rasanya seperti tidak ada yang berubah, meskipun sudah berbulan-bulan sejak terakhir kali kita bertemu.

Kita menghabiskan hari itu dengan berkeliling kota kecil kita, mengunjungi tempat-tempat yang penuh kenangan. Kita makan di warung mie favorit kita, berfoto di taman kota, dan tentu saja, duduk di tepi danau saat senja mulai menyapa.

Senja itu begitu indah, dengan langit yang dipenuhi warna jingga dan ungu. Kamu mulai bercerita tentang petualanganmu di kota besar—tentang kelas desain yang menantang, teman-teman baru yang menarik, dan proyek-proyek kreatif yang kamu kerjakan.

"Aku sangat senang kamu bisa mencapainya, Mira," kataku dengan penuh rasa bangga. "Kamu benar-benar hebat."

"Tapi, aku merasa ada yang kurang, Dito," katamu dengan mata yang tiba-tiba terlihat serius. "Aku merindukan kebersamaan kita. Di kota besar, semuanya terasa cepat dan sibuk. Di sini, aku merasa lebih tenang, lebih hidup."

Aku terdiam sejenak, merenungi kata-katamu. "Aku juga merindukanmu, Mira. Kehadiranmu selalu membawa kebahagiaan di hidupku."

Kita duduk di tepi danau, diam menikmati keindahan senja. Tidak perlu banyak kata, karena kebersamaan kita sudah cukup untuk mengisi kekosongan yang ada.

Hari-hari berlalu, dan kamu menghabiskan waktumu di kota kecil ini sebelum akhirnya harus kembali ke kota besar. Kita mengulang banyak momen indah yang pernah kita alami, seakan mencoba menangkap setiap detik kebersamaan sebelum akhirnya berpisah lagi.

Di hari terakhir sebelum kamu kembali, kita duduk di tepi danau saat senja sekali lagi. "Mira, aku ingin kamu tahu bahwa meskipun jarak memisahkan, kamu selalu ada di hatiku," kataku dengan tulus.

Kamu tersenyum dan memelukku erat. "Aku juga, Dito. Persahabatan kita akan selalu abadi, seperti senja indah ini."

Kamu kembali ke kota besar dengan janji untuk selalu menjaga kontak dan mengunjungi sesering mungkin. Dan meskipun waktu dan jarak mungkin memisahkan kita, aku tahu bahwa persahabatan kita tetap kuat dan abadi, seperti senja sore sepulang sekolah yang selalu membawa kenangan indah.

Comments

Popular Posts