Terungkapnya Dito Adalah Ketua Geng motor
Beberapa minggu kemudian, setelah hubungan kami semakin erat, ada sesuatu yang terungkap yang mengubah segalanya.
Suatu sore, aku dan Syila sedang duduk di taman kota, menikmati suasana yang tenang. Tiba-tiba, suara raungan motor terdengar dari kejauhan. Beberapa motor besar dengan suara mesin yang bising melintas di dekat kami. Syila menatapku dengan mata bertanya-tanya.
"Apakah itu teman-temanmu, Dito?" tanyanya dengan nada cemas.
Aku mengangguk perlahan. "Ya, Syila. Ada sesuatu yang harus kamu ketahui tentang aku."
Syila tampak bingung, tetapi dia menunggu dengan sabar untuk penjelasanku.
"Aku adalah ketua dari geng motor lokal," kataku akhirnya. "Kami tidak seperti yang kamu pikirkan. Kami tidak melakukan hal-hal yang melanggar hukum. Kami lebih fokus pada komunitas, membantu anak-anak jalanan, dan mengadakan acara amal."
Syila menatapku dengan mata lebar. "Aku tidak menyangka, Dito. Tapi, aku percaya padamu. Jika kamu mengatakan bahwa kalian melakukan hal-hal baik, aku akan mendukungmu."
Aku merasa lega mendengar kata-kata Syila. "Terima kasih, Syila. Dukunganmu sangat berarti bagiku."
Namun, situasi menjadi rumit ketika Mira mengetahui tentang hal ini. Suatu hari, dia datang ke rumahku dengan wajah penuh kemarahan.
"Dito, aku baru tahu dari beberapa teman bahwa kamu adalah ketua geng motor!" katanya dengan suara tinggi. "Bagaimana bisa kamu menyembunyikan hal seperti ini dariku?"
Aku mencoba menjelaskan. "Mira, aku tidak pernah berniat menyembunyikan apa pun darimu. Aku hanya tidak ingin kamu khawatir. Geng motor kami bukan seperti yang kamu bayangkan. Kami melakukan banyak hal baik untuk komunitas."
Mira menggelengkan kepalanya. "Aku tidak peduli, Dito. Kamu telah berbohong padaku. Bagaimana aku bisa mempercayaimu lagi?"
Aku merasakan sakit di hatiku melihat kemarahan dan kekecewaan di wajah Mira. "Mira, aku benar-benar minta maaf. Aku tidak ingin kehilangan persahabatan kita."
Namun, Mira tetap marah. "Kamu sudah menghancurkan kepercayaan yang aku berikan padamu, Dito. Aku tidak tahu apakah aku bisa memaafkanmu."
Hari-hari berlalu dengan ketegangan antara aku dan Mira. Meskipun aku terus berusaha menunjukkan bahwa geng motor kami adalah organisasi yang positif, Mira masih sulit menerima kenyataan itu.
Syila tetap berada di sisiku, mendukungku dalam segala hal. Namun, melihat persahabatanku dengan Mira hancur membuat hatiku sakit.
Suatu hari, aku mengajak Mira untuk berbicara lagi. Kami bertemu di kafe favorit kami, tempat yang penuh dengan kenangan indah.
"Mira, aku tahu kamu marah dan kecewa," kataku pelan. "Tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku tidak pernah bermaksud menyakiti perasaanmu. Aku hanya ingin melindungimu dari kekhawatiran yang tidak perlu."
Mira menatapku dengan mata yang masih penuh emosi. "Dito, kamu harus mengerti bahwa kepercayaan adalah hal yang sangat penting bagi aku. Kamu harus berusaha keras untuk memperbaikinya."
Aku mengangguk. "Aku akan melakukan apa saja untuk memperbaiki kepercayaan itu, Mira. Aku tidak ingin kehilangan sahabat sepertimu."
Mira menghela napas panjang. "Aku butuh waktu, Dito. Tapi aku akan mencoba."
Dengan dukungan Syila dan usaha keras dari pihakku, aku berharap bisa memulihkan persahabatan dengan Mira. Meski jalan yang harus ditempuh panjang dan penuh tantangan, aku siap untuk menghadapi apapun demi menjaga hubungan berharga dalam hidupku.
Comments
Post a Comment