Mister x 2
Malam itu, suasana di markas Garuda Hitam dipenuhi ketegangan. Semua anggota aliansi telah berkumpul, menunggu arahan dari Dito dan Rian. Mereka tahu bahwa pertempuran kali ini bukan hanya untuk membalas dendam atas kematian Ricky, tetapi juga untuk menghancurkan jaringan kriminal yang lebih besar di balik Ghost Rider.
Dito berdiri di depan semua orang, ekspresinya tegas.
Dito: "Kita sudah cukup bersabar. Kita punya informasi bahwa Ghost Rider bekerja untuk kelompok yang lebih besar, dan kita tahu siapa mereka. Mereka menyebut diri mereka "Bayangan Hitam"—sebuah organisasi kriminal yang bergerak di bawah radar, mengendalikan berbagai operasi ilegal di kota ini."
Bima mengepalkan tangannya. "Kalau mereka yang ada di balik semua ini, maka kita harus menghancurkan mereka dari akarnya."
Indah menambahkan, "Tapi kita tidak bisa bertindak sembarangan. Bayangan Hitam bukan kelompok biasa. Mereka punya orang-orang kuat dan sumber daya besar. Kita perlu strategi yang matang."
Rian, yang selama ini diam, akhirnya berbicara dengan suara penuh amarah yang tertahan.
Rian: "Aku tidak peduli seberapa kuat mereka. Aku hanya ingin membalas Ricky. Aku ingin mereka merasakan penderitaan yang sama."
Dito meletakkan tangan di bahu Rian, menatapnya dengan serius. "Aku mengerti perasaanmu, Rian. Tapi kita harus cerdas. Kita tidak bisa membiarkan emosi mengendalikan kita. Kalau kita gegabah, kita bisa kehilangan lebih banyak orang. Kita akan membalas dendam, tapi dengan cara yang memastikan kemenangan kita."
Semua orang mengangguk setuju. Mereka kemudian mulai membahas strategi mereka. Elang Perkasa telah mengumpulkan informasi tentang markas utama Bayangan Hitam—sebuah kompleks gudang yang dijaga ketat di pinggiran kota. Naga Merah dan Serigala Hitam mengonfirmasi bahwa tempat itu sering digunakan untuk transaksi ilegal.
Surya: "Kami juga menemukan bahwa pemimpin mereka, seorang pria bernama Victor Rahardian, akan berada di sana besok malam untuk sebuah pertemuan besar. Jika kita ingin menghancurkan mereka, itu adalah kesempatan terbaik kita."
Dito: "Bagus. Ini rencananya. Kita akan membagi tim menjadi tiga kelompok utama. Pertama, tim infiltrasi—Serigala Hitam dan Elang Perkasa akan menyelinap masuk dan menonaktifkan keamanan dari dalam. Kedua, tim serangan utama—Garuda Hitam dan Naga Merah akan menyerang dari dua sisi, menghancurkan kekuatan utama mereka. Ketiga, tim pengamanan—Harimau Besi dan Hiu Darah akan menjaga perimeter, memastikan tidak ada yang bisa melarikan diri."
Chintya: "Kami akan memastikan mereka tidak punya jalan keluar."
Vina: "Kami juga bisa menyiapkan jalur evakuasi jika keadaan memburuk."
Dito mengangguk puas. "Baik. Kita bertemu di titik kumpul besok malam, satu jam sebelum serangan. Pastikan semua orang siap. Ini akan menjadi malam terakhir bagi Bayangan Hitam."
Malam yang ditunggu pun tiba. Semua anggota aliansi bersiap dengan perlengkapan mereka. Dengan senjata tumpul, pisau, dan beberapa senjata api untuk perlindungan, mereka menuju lokasi target dengan penuh kewaspadaan.
Saat mereka mendekati gudang, Serigala Hitam dan Elang Perkasa mulai bergerak diam-diam, melumpuhkan para penjaga satu per satu tanpa suara. Ketika sistem keamanan dinonaktifkan, Dito memberikan isyarat kepada tim serangan utama.
"Sekarang!"
Ledakan kecil menghancurkan gerbang depan, dan pasukan Garuda Hitam serta Naga Merah menyerbu masuk. Perkelahian sengit pun terjadi. Para anggota Bayangan Hitam berusaha melawan, tapi mereka tidak siap menghadapi kekuatan gabungan dari seluruh aliansi.
Di tengah kekacauan itu, Dito, Rian, dan beberapa anggota inti menerobos ke dalam bangunan utama, mencari Victor Rahardian. Saat mereka mencapai ruang utama, mereka menemukan Victor sedang bersiap melarikan diri dengan beberapa pengawalnya.
Victor: "Kalian pikir bisa menghancurkan aku? Aku sudah mengendalikan kota ini selama bertahun-tahun!"
Dito menodongkan pistol ke arahnya. "Hari ini kekuasaanmu berakhir, Victor. Kau sudah cukup lama menyebarkan teror."
Sebuah baku tembak terjadi. Rian, dengan amarahnya yang meluap, menerjang maju, menghindari tembakan dan menghadapi Victor secara langsung. Dengan pukulan kuat, dia menghantam wajah Victor, membuatnya terjatuh.
Rian: "Ini untuk Ricky."
Dengan satu pukulan terakhir, Victor tumbang, tidak sadarkan diri.
Saat tim lain menyelesaikan pertempuran di luar, Dito memberi isyarat untuk mengamankan Victor dan anak buahnya yang masih hidup. Polisi, yang telah diberi informasi anonim oleh Elang Perkasa, segera datang dan menangkap semua anggota Bayangan Hitam yang tersisa.
Ketika semua telah usai, aliansi berkumpul di luar gudang yang kini terbakar oleh ledakan kecil yang mereka pasang sebelumnya.
Bima: "Kita berhasil. Kota ini akhirnya terbebas dari mereka."
Indah tersenyum lelah. "Tapi ini baru awal. Kita harus tetap waspada. Akan selalu ada ancaman baru."
Dito menatap semua orang dengan bangga. "Hari ini kita tidak hanya membalas dendam. Kita juga mengirim pesan ke semua yang mencoba mengendalikan kota ini dengan ketakutan. Kita tidak akan diam. Kita adalah keluarga, dan kita akan selalu melindungi satu sama lain."
Rian menatap langit malam, lalu menutup matanya sejenak. "Ricky... ini untukmu. Aku harap kau bisa beristirahat dengan tenang sekarang."
Dengan kemenangan ini, Garuda Hitam dan aliansi mereka mengukir sejarah baru. Mereka bukan sekadar geng jalanan—mereka adalah pelindung kota, sebuah keluarga yang siap menghadapi apapun yang datang di masa depan.
Dan malam itu, mereka merayakan kemenangan mereka, dengan janji untuk terus bersama, apapun yang terjadi.
Comments
Post a Comment